Kumpulan Cerpen Kompas 2012 : Laki-laki Pemanggul Goni

 
Judul
Kumpulan Cerpen Kompas 2012 (978-979-709-724-0)
Kategori
Kumpulan Cerpen
Pengarang
Budhi Dharma, Seno Gumira Ajidarma, dkk
Penerbit
Penerbit Buku Kompas (2013)

    Salah satu jenis bacaan yang bagus tapi kurang terkenal adalah cerpen. Ya, dibanding dengan novel, populasi dan kepopuleran cerpen memang jauh jika dibanding dengan novel. Kalau tidak percaya, coba saja mampir ke toko buku, saya jamin dari ribuan buku yang ada, Anda hanya akan menemukan paling banter puluhan buku cerpen. Itupun saya yakin yang Anda temukan adalah buku-bukunya Raditya Dika dan buku-buku followernya. Yang bener-bener cerpen? Silahkan cari lebih dalam, semakin dalam hingga Anda sampai di alam bawah sadar Anda. Hihi.
  
    Saya pribadi adalah penikmat cerpen. Selain karena singkat dan tidak nambahin 'PR' karena harus baca berhari-hari, inti cerita dalam cerpen biasanya sederhana tapi mengena. Seperti yang ada di Kumpulan Cerpen Kompas 2012 yang akan kita bahas ini.

    Kumpulan Cerpen Kompas 2012 mengambil judul 'Laki-laki Pemanggul Goni', yang merupakan salah satu judul cerpen dalam buku ini, karya Eyang Budhi Dharma. Seperti karya Budhi Dharma yang lainnya, inti cerita di cerpen ini sebenarnya sederhana saja, tapi kemudian menjadi tidak sederhana karena berada di tangan Budhi Dharma. Sang tokoh utama yang kebetulan adalah orang yang cukup sukses bertemu dengan seorang Laki-laki Pemanggul Goni. Laki-laki ini kemudian memojokkan sang tokoh utama untuk menyalahkan dirinya sendiri atas semua permasalahan yang terjadi di sekitarnya, termasuk kebakaran yang terjadi di kampungnya. Menurut si laki-laki pemanggul goni, sang tokoh utamalah pelakunya. Perhelatan batin terjadi, dan pada akhirnya sang tokoh utama berhasil mempercayai dirinya sendiri.

    Cerita lain yang menurut saya keren adalah cerpen berjudul 'Ambe Masih Sakit' karangan Emil Amir. Melalui tulisannya, Emil mengkritisi kehidupan sosial di bumi Toraja tentang upacara kematian yang justru memberatkan keluarga yang ditinggalkan. Emil menceritakan bahwa saking 'mahalnya' penyelenggaraan upacara ini, anak Ambe bahkan harus berbohong setiap kali ada warga yang menanyakan keadaan Ambe. Anak Ambe selalu bilang bahwa 'Ambe Masih Sakit', untuk menunda dilakukannya upacara kematian untuk Ambe, yang sebenarnya sudah lama meninggal.

    Masih banyak cerita-cerita yang patut diperhitungkan seperti Lentu Lengmua, Mayat di Persimpangan Jalan, Bu Geni di Bulan Desember, Kurma Kiai Karnawi, dan lain-lain. Saya jamin, masing-masing cerita dalam buku ini akan membuka wawasan dan cara pandang baru melihat dunia ini. Kumpulan Cerpen Kompas 2014 patut ada di rak buku Anda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5cm

Love and Life Chocolatos: Ayah, Mengapa Aku Berbeda